ALAM BAWAH LAUT MANUSELA, TAK LEKANG OLEH WAKTU
Roysalinding.com - Kali ini saya akan share pengalaman saya waktu ke Taman Nasional Manusela Ambon.
Dengan suguhan kue-kue kering dan teh hangat ala kadarnya, namun cukup mengembalikan stamina kami yang lumayan terkuras dalam perjalanan dengan kondisi jalan yang masih rusak. Setelah sedikit pengarahan dari salah satu pelatih selam dari personel TNI Angkatan Laut LANTAMAL IX Ambon kepada peserta, kami diajak ke rumah salah satu warga yang juga tokoh di desa desa Saleman. Dirumah tokoh masyarakat itu pula kami menginap selama ikut kegiatan. Oya... kami tergabung dalam tim selam.. meskipun saya belum punya sertifikat selam, namun sudah cukup mengerti sedikit tentang dunia selam karena sewaktu kuliah juga mengambil Jurusan Ilmu Kelautan Universitas Hasanuddin, Makassar. Namun karena tidak pernah diasah lagi sehingga harus dimulai dari dasar.
Sudah menjadi kebiasaan orang apabila mengunjungi suatu tempat yang baru untuk mengabadikan setiap moment-moment yang indah dan berkesan di tempat tersebut. Demikian juga dengan kami ketika baru memasuki desa Saleman, yaitu suatu desa yang terletak di Kecamatan Seram Utara Barat Kabupaten Maluku Tengah. Kawasan tersebut termasuk dalam kawasan Taman Nasional Manusela, yang merupakan bagian dari pengawasan Kementerian Kehutanan (Kemenhut).
Pada kawasan tersebut terdapat sebuah pantai dan resort yang terkenal hingga mancanegara yakni pantai Ora (Ora beach). Jika anda mengetikkan nama tempat tersebut di mesin pencari seperti google, yahoo atau yang semacamnya, maka akan ditampilkan suatu pemandangan pantai dan bangunan dalam laut. Dan disekeliling pantai tersebut dikelilingi oleh pemandangan terumbu karang yang berada di perairan dangkal. Sehingga tanpa menyelam (diving) atau snorkling pun kita sudah dapat menikmati indahnya terumbu karang.
Pemandangan di Ora dan desa Saleman merupakan surga bagi pelancong. Bagaimana tidak, selain pemandangan laut yang indah, kita juga disuguhi oleh indahnya pemdangan gunung-gunung yang menyerupai kuba. Sangat elok dipandang mata. Untuk orang yang pertama kali mendatangi Desa Saleman dan pantai Ora, pastinya akan terkagum-kagum. Demikian juga dengan yang telah mengunjungi tempat tersebut karena akan tidak bosan-bosannya tampilan pemandangan laut dan gunung yang begitu mempesona.
Selain pemandangan laut yang mempesona, kita juga disuguhi pemandangan gunung-gunung batu yang menjulang tinggi. Akan tetapi hanya memandang dari bawah, hanya akan menimbulkan tanda tanya. Bagaimana kondisi di atas puncaknya. Kami pun menyempatkan waktu setengah hari untuk mendaki salah satu gugusan gunung yang mengelilingi Desa Saleman yakni gunung Roulussy.
Gunung Roulussy merupakan gunung yang memiliki banyak keunikan, yakni bentuknya seperti benteng yang melindungi desa Saleman dan sekitarnya dan di gunung tersebut terdapat gua tempat berlindung burung-burung kecil yang setiap sore keluar dengan jumlah yang tidak dapat hitung (mungkin puluhan juta ekor) yang keluar membentuk formasi garis (sayang tidak bisa didokumentasikan dengan baik).
Di kawasan Taman Nasional Manusela (TN. Manusela) juga terdapat gua vertikal yang diprediksi merupakan gunung vertikal terdalam di Indonesia. Gua ini pernah di eksplorasi oleh 5 orang dari 5 negara yang berbeda. Namun sampai saat ini belum ada yang mengetahui berapa kedalaman yang sebenarnya, karena belum ada yang mampu mencapai dasaar gua tersebut. Gua vertikal tersebut dikenal dengan gua “Hatusaka”. Gua ini dikeramatkan oleh masyarakat sekitar, sehingga sebelum berkunjung ke daerah tersebut harus didahului oleh upacara adat yang dipimpin oleh tua-tua adat atau biasa disebut “Kapitan”.
Salah satu tua- tua adat yang kami kenal di desa Saleman adalah bapak Endes, yang sekaligus menjadi bapak piarah nya kami (nasib backpacker karena modal tipis sehingga tidak mampu nginap di resortJ). Namun sayang, saya belum mengunjungi keelokan gua Hatusaka, karena keterbatasan waktu. Harus kembali melaksanakan tugas. (roy)
Mungkin ini yang disebut “kebetulan”. Disaat ingin membutuhkan hiburan yang jauh dari hingar-bingar rutinitas sehari-hari, disaat ingin menjauh ke pelosok yang jauh dari derau mesin kendaraan, rutinitas pekerjaan, jauh dari teknologi komunikasi. Salah seorang teman mengajak ikut dalam salah satu kegiatan mahasiswa pecinta alam se Indonesia yang diadakan di desa Saleman. Wahh....sangat kebetulan..itulah salah satu kalimat yang saya ucapkan ketika mendengar ajakan tersebut. Jadilah kami berangkat dari Tulehu (Ambon) – Masohi dengan kapal cepat yang ditempu selama 1,5 – 2 jam. Selanjutnya Masohi ke desa Saleman dengan mobil penumpang, yang ditempuh sekitar 2,5 jam. Setibanya di desa Saleman, kami langsung disambut dengan panitia dan peserta pecinta alam yang telah tiba sebelumnya. Mereka terdiri dari 3 divisi yakni Divisi panjat tebing (rock climbing), Divisi eksplorasi gua (Caving) dan Divisi Selam (Diving).
Dengan suguhan kue-kue kering dan teh hangat ala kadarnya, namun cukup mengembalikan stamina kami yang lumayan terkuras dalam perjalanan dengan kondisi jalan yang masih rusak. Setelah sedikit pengarahan dari salah satu pelatih selam dari personel TNI Angkatan Laut LANTAMAL IX Ambon kepada peserta, kami diajak ke rumah salah satu warga yang juga tokoh di desa desa Saleman. Dirumah tokoh masyarakat itu pula kami menginap selama ikut kegiatan. Oya... kami tergabung dalam tim selam.. meskipun saya belum punya sertifikat selam, namun sudah cukup mengerti sedikit tentang dunia selam karena sewaktu kuliah juga mengambil Jurusan Ilmu Kelautan Universitas Hasanuddin, Makassar. Namun karena tidak pernah diasah lagi sehingga harus dimulai dari dasar.
Sudah menjadi kebiasaan orang apabila mengunjungi suatu tempat yang baru untuk mengabadikan setiap moment-moment yang indah dan berkesan di tempat tersebut. Demikian juga dengan kami ketika baru memasuki desa Saleman, yaitu suatu desa yang terletak di Kecamatan Seram Utara Barat Kabupaten Maluku Tengah. Kawasan tersebut termasuk dalam kawasan Taman Nasional Manusela, yang merupakan bagian dari pengawasan Kementerian Kehutanan (Kemenhut).
Pada kawasan tersebut terdapat sebuah pantai dan resort yang terkenal hingga mancanegara yakni pantai Ora (Ora beach). Jika anda mengetikkan nama tempat tersebut di mesin pencari seperti google, yahoo atau yang semacamnya, maka akan ditampilkan suatu pemandangan pantai dan bangunan dalam laut. Dan disekeliling pantai tersebut dikelilingi oleh pemandangan terumbu karang yang berada di perairan dangkal. Sehingga tanpa menyelam (diving) atau snorkling pun kita sudah dapat menikmati indahnya terumbu karang.
Pemandangan di Ora dan desa Saleman merupakan surga bagi pelancong. Bagaimana tidak, selain pemandangan laut yang indah, kita juga disuguhi oleh indahnya pemdangan gunung-gunung yang menyerupai kuba. Sangat elok dipandang mata. Untuk orang yang pertama kali mendatangi Desa Saleman dan pantai Ora, pastinya akan terkagum-kagum. Demikian juga dengan yang telah mengunjungi tempat tersebut karena akan tidak bosan-bosannya tampilan pemandangan laut dan gunung yang begitu mempesona.
Selain pemandangan laut yang mempesona, kita juga disuguhi pemandangan gunung-gunung batu yang menjulang tinggi. Akan tetapi hanya memandang dari bawah, hanya akan menimbulkan tanda tanya. Bagaimana kondisi di atas puncaknya. Kami pun menyempatkan waktu setengah hari untuk mendaki salah satu gugusan gunung yang mengelilingi Desa Saleman yakni gunung Roulussy.
Gunung Roulussy merupakan gunung yang memiliki banyak keunikan, yakni bentuknya seperti benteng yang melindungi desa Saleman dan sekitarnya dan di gunung tersebut terdapat gua tempat berlindung burung-burung kecil yang setiap sore keluar dengan jumlah yang tidak dapat hitung (mungkin puluhan juta ekor) yang keluar membentuk formasi garis (sayang tidak bisa didokumentasikan dengan baik).
Di kawasan Taman Nasional Manusela (TN. Manusela) juga terdapat gua vertikal yang diprediksi merupakan gunung vertikal terdalam di Indonesia. Gua ini pernah di eksplorasi oleh 5 orang dari 5 negara yang berbeda. Namun sampai saat ini belum ada yang mengetahui berapa kedalaman yang sebenarnya, karena belum ada yang mampu mencapai dasaar gua tersebut. Gua vertikal tersebut dikenal dengan gua “Hatusaka”. Gua ini dikeramatkan oleh masyarakat sekitar, sehingga sebelum berkunjung ke daerah tersebut harus didahului oleh upacara adat yang dipimpin oleh tua-tua adat atau biasa disebut “Kapitan”.
Salah satu tua- tua adat yang kami kenal di desa Saleman adalah bapak Endes, yang sekaligus menjadi bapak piarah nya kami (nasib backpacker karena modal tipis sehingga tidak mampu nginap di resortJ). Namun sayang, saya belum mengunjungi keelokan gua Hatusaka, karena keterbatasan waktu. Harus kembali melaksanakan tugas. (roy)
Posting Komentar untuk "ALAM BAWAH LAUT MANUSELA, TAK LEKANG OLEH WAKTU"